Selasa, 20 Mei 2014

Adit Bab 2



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.    Tinjauan Pustaka
1.      Tinjauan Peneliti Terdahulu
      Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan PT Telekomunikasi indonesia Tbk dengan cara menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA). Data penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berdasarkan rasio likuiditas pada tahun 2008 sampai tahun 2011 kurang baik, dimana Current Ratio (CR) perusahaan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 kurang dari 100%. Rasio solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai tahun 2011 baik, dimana Debt to Assets Ratio (DAR) perusahaan pada tahun 2008 sampai tahun 2011 tidak lebih dari 100%. Rasio profitabilitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah baik, dimana hasil perhitungan rasio profitabilitas lebih besar dari sukubunga deposito berjangka satu tahun. Sedangkan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berdasarkan analisis Economic Value Added (EVA) pada tahun 2008 adalah baik, dimana EVA>0, yakni Rp 40.933.610.863.200, tahun 2009 adalah kurang baik, dimana EVA<0, yakni Rp -10.014.504.371.300, tahun 2010 adalah kurang baik, dimana EVA<0, yakni Rp -7.932.881.500.000 dan tahun 2011 adalah baik, dimana EVA>0, yakni Rp 13.972.576.600.000. Kata kunci :analisis laporan keuangan, kinerja keuangan, rasio keuangan, Economic Value Added (EVA).

B.     Landasan Teori
1.      Analisis Rasio Keuangan
a.      Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Keuangan
      Kinerja berasal dari kata performance, kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
      Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelummya ( Mulyadi, 1997; 419).
      Pengukuran kinerja bisa didasarkan pada informasi keuangan maupun non keuangan, oleh sebab itu pengukuran kinerja dibedakan menjadi dua yaitu:
1)      Pengukuran kinerja manajerial
      Pengukuran kinerja manajerial ini bertujuan untuk:
a)      Mengelola kegiatan operasi perusahaan secara efektif dan efisien dengan pemotivasian karyawan secara maksimum.
b)      Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

c)      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan.
d)     Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
e)      Pengukuran kinerja dapat menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2)   Pengukuran kinerja keuangan
      Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keungan merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan.
      Menurut Mahmud dan Halim, (2003, 75) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut :
a)      Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.
b)      Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
c)      Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
d)     Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitabilitas).
e)      Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar.
      Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan  pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
      Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam  empat macam kategori, yaitu (Hanafi; 2003: 77-88):
a)      Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Biasanya rasio yang digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset ratio.
b)      Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio Leverage yang bisaanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
c)Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengahkibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn over ratio, inventory turn over ratio, dan sebagainya.



d)     Rasio Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total asset (ROA), dan sebagainya ( diambil dari Hanafi; 1995: 262).
b.      Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
      Analisis rasio keuangan tidak hanya berguna bagi kepentingan intern dan ekstern perusahaan. Bagi para bankir berguna untuk mempertimbangkan pemberian kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para bankir lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh laba, tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kemampuan laba dan tingkat efisiensi operasional. Sedangkan bagi para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka panjang dan tingkat efisiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangat berkepentingan dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus mampu membayar hutang jangka pendek, mampu membayar hutang jangka panjang, mampu meningkatkan efisiensi perusahaan, mampu memaksimalkan nilai perusahaan dan mampu memperoleh laba untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
c.       Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
      Meskipun analisis rasio dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat tentang operasi dan keuangan perusahaan, tetapi mempunyai kelemahan menurut Warsono (2003; 25) yaitu :
1)      Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha.
2)      Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan panduan umum, karena bukan merupakan hasil penelitian ilmiah dari seluruh perusahaan dalam industri maupun sampel yang cocok dari beberapa perusahaan dalam industri.
3)      Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4)      Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam industri.
5)      Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya sehingga pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan.
d.      Analisis Rasio Keuangan atas Laporan Keuangan
      Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai likuiditas, profitabilitas, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi banyak pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
      Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan, oleh karena itu diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri ini bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan (Hanafi; 2003:70).

2.      Economic Value Added (EVA)
a.      Pengertian EVA
      Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) EVA merupakan alat komukasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal.


      Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuangan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh menejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
      EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.
      Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan – harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Widayanto, 1993:51)
      Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).
      Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan unntuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added (EVA) merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic Value Added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
      Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value Added (EVA) akan naik terus-menerus, karena Economic Value Added (EVA) adalah tolok ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan yaitu (Widayanto, 1993:32-33):
1)      Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2)      Mengurangi pemakaian modal
3)      Melakukan investasi pada proyek – proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
      Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan tahun – tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata – rata tertimbang.
      Metode Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan Konsep Economic Value Added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyedian dana dalam menentuakan hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan metode Economic Value Added (EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan – keputusan strategis.
      Analisis Economic Value Added (EVA) ini mencoba melihat dari segi ekonomis dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan adil atas dasar konsep kepuasan stakeholder (seluruh anggota perusahaan), bentuknya adalah dengan mempertimbangkan harapan – harapan karyawan, pelanggan, dan pemberi modal (investor/pemegang saham). Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya modal rata – rata tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar. 
      EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yaitu laba operasi bersih sesudah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian yang dituntut investor.
b.      Manfaat EVA
      Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997; 12) :
1)      Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation).
2)      Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
3)      Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
4)      EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.
5)      EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. 
6)      EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal.
c.       Keunggulan dan Kelemahan EVA
      Economic Value Added (EVA) sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang relatif baru, memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan (Utama, 1997: 10). Keunggulan yang dimiliki metode Economic Value Added (EVA) antara lain:
1)      Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alat ukur yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam satu industri, dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun – tahun sebelumnya.
2)      Konsep Economic Value Added (EVA) adalah pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan – harapan pada pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku.
3)      Konsep Economic Value Added (EVA) dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam pemberian bonus bagi karyawan. Disamping itu Economic Value Added (EVA) juga merupakan tolok ukur yang tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stakeholder yakni bentuk perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan dan pemberi modal (kreditur dan investor).
4)   Walaupun konsep Economic Value Added (EVA) berorientasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategis perkembangan portofolio perusahaan.
      Disamping keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh Economic Value Added (EVA) terdapat pula beberapa kelemahan EVA (Mirza, 1997 ; 68) :
1)      EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2)      EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham-saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.
3)      Konsep ini tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara akurat, dalam kenyataanya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.

d.      Strategi Meningkatkan EVA
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:
1)      Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth), hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
2)      Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
3)      Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording business).
      Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.
e.       Langkah-langkah Menentukan EVA
     Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut Farah (2007:153):
1)      Menghitung biaya utang (Cost of Debt)
2)      Menghitung biaya modal sendiri (Cost of Equity)
3)      Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
4)      Menghitung Return on Investment Capital (ROIC)
5)      EVA = Modal yang diinvestasikan x (ROIC – WACC)
f.       Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA
      Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
1)      Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.
2)      Jika EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji.
3)      Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.
e)      Kerangka Pikir
Gambar 2.1
Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang tbk

 
Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio profitabilitas, dan EVA Dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang tbk.

 












a.             Berdasarkan Gambar 2.1, kerangka pikir pada penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan perusahaan, sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang tbk  dengan menggunakan 4 alat analisis yaitu analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan EVA.            
            Pertama, Rasio Likuiditas merupakan suatu teknik analisis yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Kedua, Rasio Solvabilitas, merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Ketiga, Rasio profitabilitas, merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Keempat, Economic Value Added (EVA) merupakan suatu teknik analisis yang memperhitungkan keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur.
            Keempat  alat perhitungan tersebut dianalisis dengan Time Series Analysis, dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan jika diukur dengan metode rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan EVA, apakah kondisi kinerja keuangan sudah sehat dan sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pemegang saham dan kreditur.
f)       Hipotesis
      Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : kinerja keuangan Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang tbk sehat jika diukur dengan metode Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan EVA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar