BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Pustaka
1.
Tinjauan
Peneliti Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan PT
Telekomunikasi indonesia Tbk dengan
cara menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dan Economic
Value Added (EVA). Data penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
(BEI). Hasil penelitian menunjukkan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
berdasarkan rasio likuiditas pada tahun 2008 sampai tahun 2011 kurang baik,
dimana Current Ratio (CR) perusahaan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
kurang dari 100%. Rasio solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun
2008 sampai tahun 2011 baik, dimana Debt to Assets Ratio (DAR) perusahaan pada
tahun 2008 sampai tahun 2011 tidak lebih dari 100%. Rasio profitabilitas PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah baik,
dimana hasil perhitungan rasio profitabilitas lebih besar dari sukubunga
deposito berjangka satu tahun. Sedangkan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk berdasarkan analisis Economic Value Added (EVA) pada tahun 2008 adalah
baik, dimana EVA>0, yakni Rp 40.933.610.863.200, tahun 2009 adalah kurang
baik, dimana EVA<0, yakni Rp -10.014.504.371.300, tahun 2010 adalah kurang
baik, dimana EVA<0, yakni Rp -7.932.881.500.000 dan tahun 2011 adalah baik,
dimana EVA>0, yakni Rp 13.972.576.600.000. Kata kunci :analisis laporan
keuangan, kinerja keuangan, rasio keuangan, Economic Value Added (EVA).
B. Landasan Teori
1.
Analisis
Rasio Keuangan
a.
Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja berasal dari kata performance, kinerja
dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
Pengukuran kinerja adalah penentuan
secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur
organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelummya ( Mulyadi, 1997; 419).
Pengukuran kinerja bisa didasarkan pada
informasi keuangan maupun non keuangan, oleh sebab itu pengukuran kinerja
dibedakan menjadi dua yaitu:
1)
Pengukuran kinerja
manajerial
Pengukuran
kinerja manajerial ini bertujuan untuk:
a)
Mengelola kegiatan operasi perusahaan
secara efektif dan efisien dengan pemotivasian karyawan secara maksimum.
b)
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan.
c)
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan.
d)
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
e)
Pengukuran kinerja dapat menyediakan suatu dasar bagi
distribusi penghargaan.
2)
Pengukuran kinerja
keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempunyai
arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun
ekstern perusahaan. Laporan keungan merupakan alat yang dijadikan acuan
penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha
perusahaan.
Menurut Mahmud dan Halim, (2003, 75)
ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut :
a)
Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih.
b)
Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan
aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
c)
Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
d)
Rasio Profitabilitas mengukur seberapa
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitabilitas).
e)
Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai
perusahaan relatif terhadap nilai pasar.
Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan
keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi
laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk
mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan
perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan
yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut
dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang
lain. Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal dengan
analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja
satu perusahaan pada tahun ini dengan
tahun yang lainnya.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam kategori, yaitu (Hanafi; 2003:
77-88):
a) Rasio
Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas
jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif
terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
Biasanya rasio yang digunakan adalah current
ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset ratio.
b) Rasio
Leverage (Solvabilitas)
Rasio ini untuk digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio
Leverage yang bisaanya digunakan seperti debt
to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to
equity ratio, long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
c)Rasio
Aktivitas
Rasio ini melihat beberapa aset
kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada
tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan
tertentu akan mengahkibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva-aktiva tersebut. Beberapa rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn
over ratio, inventory turn over ratio, dan sebagainya.
d) Rasio
Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini memberikan gambaran tentang
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu.
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross
profit margin, net profit margin, return on total asset (ROA), dan
sebagainya ( diambil dari Hanafi; 1995: 262).
b.
Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan
tidak hanya berguna bagi kepentingan intern dan ekstern perusahaan. Bagi para
bankir berguna untuk mempertimbangkan pemberian kredit jangka pendek maupun
kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para bankir lebih tertarik
pada rencana jangka pendek, likuiditas,
kemampuan memperoleh laba, tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik
pada kemampuan laba dan tingkat efisiensi operasional. Sedangkan bagi para
penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka panjang dan
tingkat efisiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangat
berkepentingan dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus mampu membayar
hutang jangka pendek, mampu membayar hutang jangka panjang, mampu meningkatkan
efisiensi perusahaan, mampu memaksimalkan nilai perusahaan dan mampu memperoleh
laba untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
c.
Kelemahan
Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio
dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat tentang operasi dan keuangan
perusahaan, tetapi mempunyai kelemahan menurut Warsono (2003; 25) yaitu :
1)
Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan
perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha.
2)
Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan
perkiraan saja dan hanya memberikan panduan umum, karena bukan merupakan hasil
penelitian ilmiah dari seluruh perusahaan dalam industri maupun sampel yang
cocok dari beberapa perusahaan dalam industri.
3)
Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4)
Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau
norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas
posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam industri.
5)
Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan
operasinya sehingga pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat
laporan disiapkan.
d.
Analisis
Rasio Keuangan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi yang
bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon
investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan
memberikan informasi mengenai likuiditas,
profitabilitas, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi banyak
pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan
mempengaruhi nilai perusahaan.
Dalam laporan keuangan, angka-angka yang
berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding
yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh
perusahaan, oleh karena itu diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa digunakan
sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri ini bukan merupakan pembanding
yang paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena perbedaan karakteristik
rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan
(Hanafi; 2003:70).
2. Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian EVA
Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) EVA
merupakan alat komukasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat
dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan
untuk menghubungkan dengan pasar modal.
Ide dasar dari EVA adalah pengemasan
ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang
pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori
keuangan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh
menejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak
pernah memikirkannya. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan
keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya suatu
perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat
suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas
ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi
tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.
Economic Value Added (EVA) atau disebut
juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus
dengan adil mempertimbangkan harapan – harapan setiap penyedia dana (kreditur
dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang
dan struktur modal yang ada (Widayanto, 1993:51)
Economic Value Added (EVA) adalah
keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh
modal untuk menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak menggambarkan
hasil penciptaan nilai (value)
didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan
yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan
operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan unntuk menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan para
pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added (EVA) merupakan perangkat
finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat
perhitungan Economic Value Added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio
keuangan lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan
menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dilibatkannya biaya modal
operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam
perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan
nilai Economic Value Added (EVA) akan naik terus-menerus, karena Economic Value
Added (EVA) adalah tolok ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara
untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan yaitu
(Widayanto, 1993:32-33):
1) Meningkatkan
keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2) Mengurangi
pemakaian modal
3)
Melakukan
investasi pada proyek – proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
Konsep ini
tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam
industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan tahun – tahun
sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang
dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata – rata tertimbang.
Metode
Economic Value Added (EVA) sebagai
Alat Ukur Kinerja Perusahaan Konsep Economic Value Added (EVA) ini tidaklah
dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan
ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan
yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyedian dana dalam menentuakan
hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan
metode Economic Value Added (EVA)
seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna
didalam pengambilan keputusan – keputusan strategis.
Analisis
Economic Value Added (EVA) ini mencoba melihat dari segi ekonomis dalam
pengukuran kinerja perusahaan dengan adil atas dasar konsep kepuasan
stakeholder (seluruh anggota perusahaan), bentuknya adalah dengan
mempertimbangkan harapan – harapan karyawan, pelanggan, dan pemberi modal
(investor/pemegang saham). Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya
modal rata – rata tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar.
EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah
penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan atau
setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
yaitu laba operasi bersih sesudah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah biaya
bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang
dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC).
EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal,
konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang
negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat
pengembalian yang dituntut investor.
b.
Manfaat EVA
Manfaat dari penerapan EVA antara lain
(Utama, 1997; 12) :
1)
Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang
berfokus pada penciptaan nilai (value
creation).
2)
Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka
adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
3)
Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak
seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimumkan.
4)
EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada
kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi
kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.
5)
EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih
memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya.
6)
EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi
proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada
biaya modal.
c.
Keunggulan
dan Kelemahan EVA
Economic
Value Added (EVA) sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang relatif
baru, memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan (Utama, 1997: 10). Keunggulan
yang dimiliki metode Economic Value Added
(EVA) antara lain:
1) Konsep
Economic Value Added (EVA) merupakan
alat ukur yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan
dengan perusahaan sejenis dalam satu industri, dan tidak perlu pula membuat
suatu analisis kecenderungan dengan tahun – tahun sebelumnya.
2) Konsep
Economic Value Added (EVA) adalah pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi
ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan – harapan pada
pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Dimana derajat
keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku.
3) Konsep
Economic Value Added (EVA) dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam pemberian
bonus bagi karyawan. Disamping itu Economic Value Added (EVA) juga merupakan
tolok ukur yang tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stakeholder yakni bentuk
perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan dan pemberi modal (kreditur dan
investor).
4) Walaupun
konsep Economic Value Added (EVA) berorientasi pada kinerja operasional akan
tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategis
perkembangan portofolio perusahaan.
Disamping keunggulan – keunggulan yang
dimiliki oleh Economic Value Added (EVA) terdapat pula beberapa kelemahan EVA (Mirza, 1997 ; 68) :
1)
EVA hanya mengukur
hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas aktivitas penentu
seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2)
EVA terlalu
bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan
fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli
saham-saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih
dominan.
3)
Konsep ini
tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara akurat, dalam kenyataanya
seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.
d.
Strategi Meningkatkan EVA
Ada beberapa strategi untuk
meningkatkan EVA:
1)
Strategi
penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth), hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang
diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
2)
Strategi
penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini menaikkan
keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
3)
Strategi
penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak
menjanjikan (rationalize and exit
unrewording business).
Hal ini
berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas
yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis
yang tidak menjanjikan hasil.
e.
Langkah-langkah Menentukan EVA
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut Farah (2007:153):
1)
Menghitung biaya
utang (Cost of Debt)
2)
Menghitung biaya
modal sendiri (Cost of Equity)
3)
Menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital)
4)
Menghitung Return on Investment Capital (ROIC)
5)
EVA = Modal yang diinvestasikan x (ROIC – WACC)
f.
Tolok Ukur Penilaian Kinerja
Keuangan dalam EVA
Dalam EVA,
penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
1) Jika
EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena
perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat
bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan
pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.
2) Jika
EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham,
sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji.
3) Jika
EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat,
karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan
tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga dan
pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.
e) Kerangka Pikir
Gambar 2.1
|
a. Berdasarkan Gambar 2.1,
kerangka pikir pada penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi
kinerja keuangan perusahaan, sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perusahaan Perseroan PT
Aneka Tambang tbk dengan menggunakan 4 alat analisis yaitu
analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan
EVA.
Pertama, Rasio Likuiditas merupakan
suatu teknik analisis yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan
kewajiban perusahaan). Kedua, Rasio Solvabilitas, merupakan suatu teknik analisis
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Ketiga, Rasio profitabilitas, merupakan suatu teknik
analisis yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Keempat, Economic Value Added (EVA) merupakan suatu teknik analisis yang
memperhitungkan keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal
dari seluruh modal untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan para pemegang
saham dan kreditur.
Keempat alat perhitungan tersebut dianalisis dengan Time Series Analysis, dengan cara
membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode
lainnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan
jika diukur dengan metode rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, dan EVA, apakah kondisi kinerja keuangan sudah sehat dan sudah
sesuai dengan yang diharapkan oleh pemegang saham dan kreditur.
f)
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan
penelitian dan tinjauan pustaka, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
kinerja keuangan Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang tbk sehat jika diukur
dengan metode Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio
Profitabilitas, dan EVA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar