|
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
a. Sejarah Kabupaten Ngawi
Ngawi berasal dari kata “AWI” yang
artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “Ng” menjadi
“NGAWI” . Seperti
halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama
tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi
menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan
Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.
Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai
dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek.
13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April
1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten
Dati Ii Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan
terutamanarasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap
melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen
kuno.
|
1) Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah
ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengna Surat Keputusan DPRD Kabupoaten Dati
II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan
ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2) Pada tanggal 30 September 1983, dengan
Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas
diralat dengan alas an bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi
dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap
memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
3) Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13
Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun
1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai
oleh Drs. Bapak MOESTOFA.
4) Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah
melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto
K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo
Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan:
1) Menerima hasil penelusuran Bapak
Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2
Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 Nopember 1828
M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco
Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi
pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
2) Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo
tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di
bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358
M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah
swatantra. Peristiwa tersebut
merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.
Melalui Surat Keputusan nomor :
188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah
menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M.
Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987
pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk
melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan
sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.
b. Visi, Misi dan Program Pemerintah Daerah
Kabupaten Ngawi
1)
Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
“MEWUJUDKAN NGAWI SEJAHTERA
DAN BERAKHLAK DENGAN BERBASIS PEMBANGUNAN PEDESAAN”
2)
Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
a) Menanggulangi kemiskinan secara terpadu
dan berkelanjutan;
b) Meningkat pelayanan dasar bidang
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta berdaya saing;
c) Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi
kerakyatan berbasis agraris;
d) Pembaharuan tata kelola pemerintahan
daerah dan desa serta pelayanan publik yang baik, bersih dan akuntabel;
e) Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai
dengan daya dukung lingkungan dan fungsi ruang;
f)
Meningkatkan prestasi daerah;
g) Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan
dan keagamaan dalam suasana yang kondusif.
3)
Program Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
a)
Mbangun Deso (Makaryo Bareng – bareng Ngupokoro Lan
Dandani Deso)
b) Akta Kelahiran, KK dan KTP Gratis
c) Bebas
Retribusi Pelayanan Dasar Kesehatan
d) Beasiswa Siswa Tidak Mampu dan Berprestasi
e)
Sertifikat Tanah Gratis untuk Keluarga Miskin
f)
Bedah Rumah
g)
Peningkatan Ketahanan Pangan Daerah
h) Peningkatan Produktifitas dan Kualitas
Pertanian
i)
Peningkatan
Produktifitas dan Kualitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM
c. Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Ngawi
Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 6 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ngawi dapat diketahui bahwa susunan organisasi
dan perangkat daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi terdiri dari :
1)
Sekretariat Daerah
2)
Sekretariat DPRD
3) Dinas Daerah, yang terdiri dari :
a) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
b)
Dinas Kesehatan
c) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
d)
Dinas Perhubungan.
e)
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
f)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
g)
Dinas Pekerjaan Umum
h)
Dinas Tata Ruang Kota
i)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
j)
Dinas
Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
k)
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
l)
Dinas
Pengelolaan Pasar
m)
Dinas
Pertanian
n) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset
o)
Dinas
Komunikasi dan Informatika
4) Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari :
a)
Inspektorat
b)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
c)
Badan Kepegawaian Daerah
d)
Badan Lingkungan Hidup
e) Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.
f)
Kantor
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat.
g) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah
h) Kantor Ketahanan Pangan
i)
Kantor
Penanaman Modal
j)
Rumah
Sakit Umum Daerah
5)
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
6)
Satuan Polisi Pamong Praja
7)
Kecamatan-Kecamatan
8)
Kelurahan-Kelurahan
d. Sktruktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dari Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ngawi dapat dilihat (lampiran).
2. Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
di Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
Dalam penyusunan anggaran berbasis
kinerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi memperhatikan prinsip-prinsip
penganggaran, aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja,
peranan legilatif, siklus perencanaan anggaran daeran, struktur dan penggunaan
analisis standar belanja. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam
penganggaran di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi yaitu sebagai berikut
:
a)
Transparasi dan akuntabilitas anggaran.
APBD Kabupaten Ngawi harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai
tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu
kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat Kabupaten Ngawi
memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat Kabupaten Ngawi. Masyarakat Kabupaten
Ngawi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun
pelaksanaan anggaran tersebut.
b)
Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan Pemerintah Kabupaten Ngawi merupakan
pemikiran yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksankaan kegiatanproyek yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam
APBD/perubahan APBD.
c)
Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah Kabupaten Ngawi wajib mengalokasikan penggunaan
anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat
tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada
hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.
d)
Efisiensi dan Efektifitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan
masyarakat.
e)
Disusun dengan Pendekatan Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang telah ditetapkan. Hal kerjanya harus sepadan atau lebih
besar dari biaya input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu
menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.
3.
Struktur APBD Di Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 dan Draf Standar Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari :
a. Anggaran Pendapatan
Pendapatan Daerah Kabupaten
Sragen terdiri dari :
1) Pendapatan Asli Daerah
a) Pendapatan Pajak Daerah
b) Pendapatan Retribusi Dearah
c) Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi
Lainnya
2) Pendapatan Transfer
a) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
(1) Dana Alokasi Umum
(2) Dana alokasi Khusus
(3) Dana Bagi Hasil Pajak
(4) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
b) Transfer Pemerintah Pusat – lainnya
(1) Dana Otonomi Khusus
(2) Dana Penyesuaian.
c) Transfer Pemerintah Provinsi
(1) Pendapatan Bagi Hasil Pajak
(2) Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
3) Pendapatan Lain-lain yang Sah
a) Pendapatan Hibah
b) Pendapatan Dana Darurat
c) Pendapatan lainnya
b. Anggaran Belanja
1) Belanja Operasi
a) Belanja Pegawai
b) Belanja Barang dan Jasa
c) Bunga
d) Subsidi
e) Bantuan Sosial
f)
Hibah
2) Belanja Modal
a) Belanja Tanah
b) Belanja Peralatan dan Mesin
c) Belanja Gedung dan Bangunan
d) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
e) Belanja Aset Tetap Lainnya
f)
Belanja
Aset Lainnya
3) Belanja Tak Tersangka
c. Transfer
Transfer / Bagi Hasil
Pendapatan
1) Bagi Hasil Pajak
2) Bagi Hasil Retribusi
3) Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
d. Pembiayaan
1) Penerimaan Pembiayaan
a) Penggunaan Silpa
b) Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan
c) Penjualan Investasi Lainnya
d) Pinjaman dari Pemerintah Pusat
e) Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom
Lainnya
f)
Pinjaman
dari Perusahaan Negara / Daerah
g) Pinjaman dari Banl/Lembaga Keuangan
h) Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
i)
Pinjaman
Luar Negeri
j)
Pencairan
Dana Cadangan
2) Pengeluaran Pembiayaan
a) Pembayaran Pokok Pinjaman kepada
Pemerintah Pusat
b) Pembayaran Pokok Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
c) Pembayaran Pokok Pinjaman kepada
Perusahaan Negara / Daerah
d) Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Bank /
Lembaga Keuangan
e) Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Lainnya
f)
Pembayaran
Pokok Pinjaman Luar Negeri
g) Pemberian Pinjaman Jangka Panjang
h) Pembentukan Dana Cadangan.
B. Analisa Data
1. Pengujian Kulaitas Data
a. Uji Validitas Data
Uji validitas dalam penelitian ini
bertujuan untuk menguji apakah instrument kuesioner yang disusun tepat untuk
mengukur variabel sistem akuntansi manajemen (X1), desentralisasi (X2)
dan kinerja manajerial (Y) pada 103 responden. Perhitungan uji validitas
instrument menggunakan analisis Korelasi Pearson, dimana perhitungannya
menggunakan program SPSS versi 12. Jawaban hasil instrument penelitian
dari ketiga variabel dapat dilihat seperti pada lampiran. Keputusan mengenai
butir item yang valid dengan membandingkan nilai r hitung dengan
nilai r tabel, jika r hitung > r tabel maka
butir item dinyatakan valid. Adapun hasil uji validitas instrumen dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1) Validitas item pertanyaan untuk variabel Sistem Akuntansi Manajemen (X1).
Variabel Sistem
Akuntansi Manajemen terdiri dari 5 item pertanyaan. Pengujian validitas
menggunakan teknik one shot methods yaitu dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel dan didapatkan hasil pada tabel IV.1.
Tabel IV.1.
Uji Validitas Untuk Variabel Sistem
Akuntansi Manajemen
No. Item |
r hitung |
r table |
Perbandingan |
Keputusan |
1 |
0,753 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
2 |
0,723 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
3 |
0,768 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
4 |
0,706 |
0,192 |
r hitung > r tabel |
Valid |
5. |
0,540 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
Sumber : Hasil olahan SPSS (lihat lampiran)
Korelasi item-item pertanyaan terhadap variabel
yang mempunyai nilai ritem lebih besar dari rtabel
merupakan item pertanyaan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.1
di atas menunjukkan bahwa dari 5 item pertanyaan semuanya valid.
2) Validitas item pertanyaan untuk variabel Desentralisasi (X2).
Variabel desentralisasi
terdiri dari 5 item pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan teknik one
shot methods yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
dan didapatkan hasil pada tabel IV.2.
Tabel IV.2.
Uji Validitas Untuk Variabel Desentralisasi
No. Item |
r hitung |
r table |
Perbandingan |
Keputusan |
1 |
0,598 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
2 |
0,726 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
3 |
0,817 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
4 |
0,806 |
0,192 |
r hitung > r tabel |
Valid |
5. |
0,544 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
Sumber : Hasil olahan SPSS (lihat lampiran)
Korelasi item-item pertanyaan terhadap variabel
yang mempunyai nilai ritem lebih besar dari rtabel
merupakan item pertanyaan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.2
di atas menunjukkan bahwa dari 5 item pertanyaan semuanya valid.
3) Validitas item pertanyaan untuk variabel Kinerja Manajerial (Y).
Variabel
kinerja manajerial terdiri dari 5 item pertanyaan. Pengujian validitas
menggunakan teknik one shot methods yaitu dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel dan didapatkan hasil pada tabel IV.3.
Tabel IV.3.
Uji Validitas Untuk Variabel Kinerja
Manajerial
No. Item |
r hitung |
r table |
Perbandingan |
Keputusan |
1 |
0,641 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
2 |
0,589 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
3 |
0,659 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
4 |
0,791 |
0,192 |
r hitung > r tabel |
Valid |
5. |
0,643 |
0,192 |
r hitung > r table |
Valid |
Sumber : Hasil olahan SPSS (lihat lampiran)
Korelasi item-item pertanyaan terhadap variabel
yang mempunyai nilai ritem lebih besar dari rtabel
merupakan item pertanyaan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.3
di atas menunjukkan bahwa dari 5 item pertanyaan semuanya valid.
b.
Uji Reliabilitas Data
Uji
reliabilitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepercayaan instrument. Setelah uji validitas dan diperoleh item-item yang
valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach’s. Untuk memperoleh hasil perhitungan yang pasti digunakan bantuan
komputer dengan program SPSS versi 12.
Dari
hasil uji reliabilitas instrument dengan bantuan komputer menunjukkan bahwa
besarnya nilai r hitung > 0,60. Dengan demikian hasil dari ketiga
instrument penelitian tersebut dinyatakan reliabel sehingga layak digunakan
untuk mengukur variabel partisipasi penyusunan anggaran, gaya kepemimpinan dan
kinerja manajerial. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian disajikan
seperti tabel di bawah ini.
Tabel IV.4.
Hasil Uji Reliabilitas Instrument
Variabel |
r hitung |
Batas Kritis Uji Alpha Cronbach’s |
Perbandingan |
Keputusan |
Sistem Akuntansi Manajemen (X1) |
0,720 |
0,60 |
r hitung > 0,60 |
Reliabel |
Desentralisasi (X2) |
0,736 |
0,60 |
r hitung > 0,60 |
Reliabel |
Kinerja Manajerial (Y) |
0,685 |
0,60 |
r hitung > 0,60 |
Reliabel |
Sumber : Hasil olahan SPSS (lihat lampiran)
Berdasarkan
tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini semuanya reliabel. Sehingga kuesioner dalam penelitian ini dapat
digunakan dalam penelitian ini.
2.
Uji Hipotesis
a.
Regresi Linier Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen,
Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial
Pengujian
hipotesis pertama digunakan regresi linier berganda yang berformulasi sebagai
berikut :
Y = a + b1 X1 +b2 X2+ е
Hasil
analisis regresi untuk pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS dalam
penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. IV. 5.
Hasil Uji Regresi Linier
Berganda
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
6.087
|
1.032
|
|
5.902
|
.000
|
Sistem Akuntansi
Manajemen
|
.267
|
.068
|
.337
|
3.929
|
.000
|
|
Dsentralisasi
|
.420
|
.069
|
.525
|
6.116
|
.000
|
|
a. Dependent Variable:
Kinerja Manajerial
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, maka dapat
diketahui nilai-nilai dari unsur-unsur persamaan regresi linier berganda dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a = 6,087
b1 =
0,267
b2 =
0,420
Maka
persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = 6,087 + 0,267 X1+ 0,420 X2
Dari hasil
analisis regresi linier berganda dalam persamaan di atas, maka dapat diketahui
bahwa koefisien a (konstan) bernilai positif dapat diinterprestasikan bahwa
jika tidak terdapat variabel system akuntansi manajemen (X1), dan
desentralisasi (X2) maka masih terdapat kinerja manajerial (Y).
Sedangkan
besarnya koefisien b1
= 0,207, bernilai postif dapat diinterprestasikan bahwa terdapat pengaruh yang
positif variabel system akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial,
sehingga apabila terdapat peningkatan penilaian terhadap system akuntansi
manajemen, dan variabel lain dianggap konstan akan dapat meningkatkan kinerja
manajerial.
Sedangkan
besarnya koefisien b2
= 0,420, bernilai positif dapat diinterprestasikan bahwa desentralisasi
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial, sehingga apabila
terdapat peningkatan desentralisasi, dan variabel lain dianggap konstan akan
dapat meningkatkan kinerja manajerial.
b.
Uji t.
Analisis
ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara variabel
independen yang terdiri dari system akuntansi
manajemen, dan desentralisasi terhadap variabel dependen yaitu kinerja
manajerial secara rinci dapat dilihat di bawah ini.
1)
Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen (X1)
terhadap Kinerja Manajerial (Y)
Langkah-langkah pengujian :
a)
Perumusan Hipotesis
Ho : b1 = 0, artinya sistem akuntansi manajemen tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah
Kabupaten Ngawi
Ha : b1 0, artinya sistem
akuntansi manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi.
b) Dipilih level of signifikansi a = 0,05
df (degrees of freedom) = n – k – 1
t tabel (a/2 ; n – k – 1)
t (0,05/2 ; 103 – 3 – 1)
t (0,025 ; 99) = 1,984 (lihat lampiran tabel uji t)
c)
Nilai t hitung
t hitung
= 3,929
(lihat
lampiran uji regrasi linier berganda)
d) Kriteria Pengujian
Ho ditolak, karena t hitung
> t tabel yaitu 3,929 > 1,984.
e)
Kesimpulan
Mengingat
nilai t hitung > t tabel (3,929 > 1,984), bararti
Ho ditolak dan Ha diterima artinya sistem akuntansi manajemen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten
Ngawi.
2) Pengaruh Desentralisasi (X2)
terhadap Kinerja Manajerial (Y)
Langkah-langkah pengujian :
a)
Perumusan Hipotesis
Ho : b2 = 0, artinya desentralisasi tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah
Kabupaten Ngawi
Ha : b2 0, artinya desentralisasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor
Pemerintah Kabupaten Ngawi.
b) Dipilih level of signifikansi a = 0,05
df (degrees of freedom) = n – k – 1
t tabel (a/2 ; n – k – 1)
t (0,05/2 ; 103 – 3 – 1)
t (0,025 ; 99) = 1,984 (lihat lampiran tabel uji t)
c)
Nilai t hitung
t hitung
= 6,116
(lihat lampiran uji regrasi linier berganda)
d) Kriteria Pengujian
Ho ditolak, karena t hitung
> t tabel yaitu 6,116 > 1,984.
e)
Kesimpulan
Mengingat nilai t hitung > t tabel
(6,116 > 1,984), bararti Ho ditolak dan Ha diterima artinya desentralisasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten
Ngawi.
c.
Uji F
F Test adalah pengujian hipotesis koefisien regresi secara total, dimana
antara b1,
b2
dan b3
diuji secara bersama-sama. Uji F ini mengikuti distribusi F sehingga
tabel yang dipergunakan adalah tabel F. Adapun uji F dalam penulisan ini
bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh secara bersama-sama antara
variabel independent yaitu system akuntansi manajemen (X1), dan desentralisasi
(X2) terhadap variabel dependent yaitu Kinerja Manajerial (Y).
Langkah-langkah pengujian :
1)
Perumusan Hipotesis
Ho : b1= b2 = 0 : artinya
sistem akuntansi manajemen, dan desentralisasi secara simultan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah
Kabupaten Ngawi.
Ha : b1 ¹ b2 ¹ 0 : artinya sistem
akuntansi manajemen dan desentralisasi secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi.
2)
Dipilih level of signifikansi a =
0,05
df (degrees of freedom) = (k ; n-k-1)
F tabel = F (a ; k : n-k-1)
F tabel = F (0,05
; 3 : 103-3-1)
F (0,05 ; 3 : 99) =
2,70
(lihat lampiran tabel
uji F)
3)
Nilai F hitung
F
hitung = 89,768
(lihat lampiran out put SPSS).
4)
Kriteria Pengujian
Ho ditolak karena, F hitung > F tabel
yaitu 89,768 > 2,70
5)
Kesimpulan
Mengingat F hitung > F tabel (89,768 > 2,70)
Ho ditolak dan Ha diterima, berarti sistem akuntansi manajemen dan
desentralisasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi.
3.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk
mengukur proporsi/presentasi sumbangan dari seluruh variabel independen (X1
dan X2) yang terdapat dalam model regresi terhadap dalam model
regresi variabel dependen (Y) dengan menggunakan rumus :
Di mana :
R2 : Koefisien Determinasi
JKS : Jumlah Kuadrat Residual
JKT : Jumlah Kuadrat Tengah
Dari hasil analisis data dengan bantuan komputer program SPSS Versi 16, maka diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R2) seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel IV. 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
.801a
|
.642
|
.635
|
.878
|
a. Predictors:
(Constant), Dsentralisasi, Sistem Akuntansi Manajemen
|
Sumber : Hasil Print Out SPSS
Berdasarkan
tabel diatas nilai koefisien determinasi sebesar 0,635, maka dapat diartikan
bahwa proporsi pengaruh variabel independen yang terdiri dari sistem akuntansi manajemen dan desentralisasi terhadap
kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi sebesar 63,5%
sedangkan sisanya sebesar 39,5% dipengaruhi oleh faktor yang lainnya.
C.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas
dengan menggunakan analisis dalam peneltiaian ini maka dapat ditarik pembahasan
bahwa dari hasil persamaan regresi linier dalam penelitian ini dapat diketahui
bahwa pada dasarnya system akuntansi manajemen, sikap terhadap ketidakpastian
lingkungan dan desentralisasi mempunyai pengaruhi positif dan signifikan
terhadap kinerja manajerial yang ada di Kantor Pemeritah Daerah Kabupaten
Ngawi. Hal ini terbukti bahwa dari nilai koefisien regresi dalam persamaan
regresi linier yang menggambarkan pengaruh system akuntansi manajemen dan
desentralisasi terhadap kinerja manajerial menunjukkan nilai positif dan nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial dapat
diketahui bahwa, pengaruh system akuntansi manajemen mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah
Kabupaten Ngawi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang lebih besar
dari nilai t tabel (3,929 > 1,984) dengan nilai sig lebih kecil dari 0,05.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hipotesis 1 dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa “sistem akuntansi manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi” terbukti
kebenarannya. Dari hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat diketahui
bahwa apabila terdapat peningkatan system akuntansi manajemen yang ada di
Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi, maka akan dapat meningkatkan kinerja
manajerial pegawainya. Untuk itu dalam rangka meningkatkan kinerja manajerial
dibutuhkan peningkatan system akuntansi manajemen yang mampu menyediakan
informasi baik financial maupun non financial yang dibutuhkan saat ini maupun
untuk kepentingan dalam mencapai tujuan jangka panjang.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial dapat
diketahui bahwa, pengaruh desentralisasi mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel
(6,116 > 1,984) dengan nilai sig lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
“desentralisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial
pada Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi” terbukti kebenarannya. Dari hasil
analisis dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa apabila terdapat
peningkatan desentralisasi yang ada di Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi, maka
akan dapat meningkatkan kinerja manajerial pegawainya. Untuk itu dalam rangka
meningkatkan kinerja manajerial dibutuhkan peningkatan pelaksanaan
desentralisasi dalam pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
kewenangan atau tanggung jawab kepada bawahan dalam urusan-urusan tertentu yang
dapat diurusi oleh bawahan. Dalam hal ini pegawai yang mendapatkan tugas dan
tanggung jawab tersebut juga harus yang mempunyai komptensi di bidangnya. Dan
dalam pelaksanaan desentralisasi juga harus selalu mendapatkan pengawasan dari
atasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar