PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP EFEKTIVITAS
PENGENDALIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas
pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan efektivitas
pengendalian kinerja pada pemerintah daerah.
Sampel penelitian adalah pejabat
pemerintah di lingkungan instansi pemerintah daerah yang terdiri dari badan,
dinas, dan kantor. Data penelitian ini
dikumpulkan dari dua Pemerintah daerah yaitu, Pemerintah Kabupaten Klaten dan
Pemerintah Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. Metode pengambilan data dilakukan dengan
metode purposive sampling dengan melalui survey.
Variabel penelitian terdiri dari
panganggaran berbasis kinerja, efektivitas pengendalian keuangan, dan efektivitas
pengendalian kinerja. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regesi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap
efektivitas pengendalian keluarga dan efektivitas pengendalian kinerja.
Kata Kunci : Penganggaran
berbasis kinerja, efektivitas pengendalian keuangan dan efektivitas
pengendalian kinerja.
Pengantar
Reformasi sector public yang
disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu, fenomenaglonal termasuk
di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek
transparansi dan akuntabiltas menjadi hal penting dalam pengelolaan
pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara,
Dikeluarkannya Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun
2004 tentang perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat Daerah mendorong adanya
desentralisasi penyelengaraan pemerintah daerah. Desentralisasi ini menunjukkan adanya
pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengatur dirinya sendiri secara otonom.
Adanya desntralisasi pengelolaan
pemerintahan daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan
akuntabilitas, memaksa pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menciptakan
system pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Sistem ini diharapkan dapat mewujudkan
pengelolaan keuangan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggunggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatuhan , dan manfaat untuk masyarakat.
Salah satu masalah penting dalam
pengelolaan keuangan pemerintah tersebut adalah anggaran. Kenis(1979) mengemukakan anggaran merupakan
pernyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu di
masayang akan dating. Mardiasmo (2004)
menyatakan anggaran sector public terutama pemerintah penting, karena ,
Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Terdapat beberapa karakteristik penyusunan anggaran yang didasarkan
pada kinerja, Hatry (199) menjelaskan beberapa karakteristik kunci dalam PBK
diantaranya :
- Pengeluaran anggaran didasarkan padaoutcome yang ingin dicapai
- Adanya hubungan anara masukan (input dengan keluaran (output) dan outcome yang diinginkan,
- Adanya peranan indicator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran
- Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran.
Smith(1999) mengemukakan manfaat
yang dapatdihasilkan dalam model penyusunan anggaran yang didasrkan pada
kinerja diantaranya:
- Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dengan memfokuskan sumber daya menuju oucome yang kritis dan penting
- Meningkatkan pengambilan keputusan mengenai cara yangpaling efektif untuk menggunakan sumber daya public yang terbatas.
- Meningkatkan operasi dengan menghubungkan anggaran dengan kinerja program sepanjang waktu.
- Meningkatkan pemahaman dan komunikasi tentang isu dan prioritas kritis pada sumber daya
- Membuat manajer lebih akuntabeluntuk keputusan program yang mempengaruhi outcome anggaran, dan
- Mendukung manajemen dengan menghubungkan hasil anggaran dan pengukuran kinerja anggaran dengan pengukuran kinerja program dalam proses pengawasan, pengevaluasian dan pelaporan hasil.
Jones dan Pendlebury (2000)
menjelaskan bahwa anggaran menyediakan hubungan penting antara perencanaan dan
pengendalian. Peran perencanaan
dinyatakan dalam bentuk input yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang
direncanakan. Peran pengendalian
dilakukan dengan mempersiapkan anggaran dengan suatu cara yang memperlihatkan
secara jelasmasukan dan sumber daya yang dialokasikan kepada individu atau
departemen untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengendalian dapat dilakukan degan membandingkan hasil yang dianggarkan dengan
hasil yang diperoleh untuk menjamin bahwa tingkat pengeluaran tidak dilampaui
dan tingkat aktivitas yang direncanakan tercapai.
Maddox (1999) menjelaskan
pengendalian adalah suatu proses melalui mana manajemen suatu organisasi
membuat keyakinan yang beralasan bahwa sumber daya digunakan secara efktif dan
efisisen untuk mencapai misi dan rencana organisasi, pelaporan keungan andal,
dn kebijakan, hukum, dan peraturan yang relevan diikuti.
Beberapa penulis membagi pengendalian
dalam beberapa jenis. Simon (2000) membedakan pengendalian untuk
mengkomunikasikan dan mengendalikan strategi menjasi dua jenis yaitu system
pengendalian diagnostic dan system pengendalian interaktif. Sistem pengendalian diagnostic didefinisikan
sebagai system informasi formal yang digunakan oleh manajer untuk memonitor
outcome organisasi dan meluruskan penyimpangan dari standar kinerja yang telah
ditetapkan. Sistem pengendalian
interaktif didefinisikan sebagai system informasi formal yang digunakan manajer
untuk melibatkan diri dalam aktivitas keputusan bawahan.
Mardiasmo (2004) mengelompokkan
tipe pengendalian manajemen menjadi tiga macam yaitu pengendalian preventif,
penegndalian operasional, dan pengendalian kinerja. Anthony dan Young (2003) menjelaskan
penegendalian operasi mencakup dua aktivitas berbeda yaitu pengendalian keungan
dan pengendalian kinerja. Pengendalian keuangan berhubungan dengan aktivitas
pengeluaran. Aktivitas pengendlian
keuangan meliputi dua aspek yaitu untuk
menjamin perencanaan yang ada di dalam anggaran ditaati dan untuk menyediakan
suatu cara mengubah anggaran jika kondisi mensyaratkan. Pengendalian kinerja bertujuan untuk menjamin
bahwa kinerja sesuai dengan tujuan organisasi.
Pengendalian kinerja ini memusatkan pada produktivitas dan motivasi manajer
dalam mengoperasikan program dan proyek secara efisien dan efektif.
Gibson, Ivancevich, dan
Donnely2000) mengemukakan criteria afektivitas pengendalian, yaitu :
Kemampuan organisasi dalam
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan lingkungan.
Kemampuan organisasi untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien
Tingkat kepuasan aparatdalam
organisasi
Kemampuan organisasi dalm
menyesuaikan dir dengan perubahan lingkungan dan;
Tingkat pengembangan organisasi.
Jones dan Pendiebury (2000)
menjelaskan penegndalian anggaran berhubungan dengan upaya yang dilakukan agar
pengeluaran actual sejalan dengan jumlah yangdianggarkan dan bahwa tujuan dan tingkat aktivitas yang dicantumkan
dalam anggaran tercapai. Syakhroza
(2002) mengatakan pencapaian target anggaran memainkan peranan penting karena
anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi. Anggaran menggambarkan standar efektivitas
karena memuat suatu set keluaran yang diinginkan dan standar efisiensi karena
anggaran memerinci masukan yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan. Dengan demikian, efektivitas
pengendalian keuangan dalam penganngaran adalah dicapainya realisasi
pengeluaran anggaran yang sesuai dengan rencananya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H1 : Penganggaran berbasis
kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian
keuangan.
Mardiasmo (2004) mengemukakan
system anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan
penyususnan program dan tolak ukur (indicator)
kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran
program. Robinson (2002) mengemukakan
anggaran kinerja tidak hanya berhubungan dengan pengendalian keuangan tetapi
juga menyediakan instrument kunci untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas
dalam pemberian jasa pemerintah kepada masyarakat. Pencapaian hasil yang
diinginkan dituangkan dalamindikator kinerja yang dijadikan acuan untuk
menyusun anggaran. Kejelasan tujuan anggaran yang dirinci dalam target dan
indicator kinerja akan memmbantu manjer organisasi atau pengelola anggaran
untuk mengendalikan kinerja dalam rangka mencapai kinerja yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H2:Penganggaran berbasis kinerja
berpengaruh positif secara signifikan terhadap efekvitas pengendalian kinerja.
Metodologi Penelitian
Sampel dan Data
Data dalam penelitian ini
diperoleh dari data primer melalui metode survey. Pengambilan sample dilakukan dengan metode
purposive sampling, yaiu pemilihan sample nonprobabilitas yang memenuhi
pertimbangan tertentu (Cooper dan Schinder, 2001). Pertimbangan tersebut adalah rseponden
penelitian merupakan pejabat pemerintah daerah mulai pejabat eselon II sampai
dengan eselon IV pada pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Kuesioner tersebut
didistribusikan langsung oleh peniliti kepada responden. Dua minggu setelah dikirmkan, kuesioner
tersebut diambil kembali oleh peniliti atau kurir. Pengirman dan pengambilan kuesioner yang
dilakukan secara langsung oleh peniliti atau kurir bertujuan untuk memperoleh
tingkat pengembalian kuesioner yang tinggi.
Dillman, Cooper dan Schindier (2001) mengemukakan bahwa tingkat
pengembalian kuesioner sebesar 30% dipandang memuaskan.
Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah variable PBK, variable efektivitas pengendalian
keuangan, dan variable efektivitas pengendalian kinerja. Variabel PBK adalah variable metode
penganggaran yang berbasis target kinerja yang ingin dicapai dalam
anggaran. Variabel ini diukur
menggunakan sepuluh butir pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,8752 yang
menunjukkan tingkat keandalan yang tinggi.
Variabel ini merupakan
penyesuaian atas variable kejelasan tujuan anggaran yang digunakan oleh Kanis
(1979) yang telah disesuaikan Saprudin (2001) dan Suhartono (2004).
Variabel efektivitas pengendalian
keuangan merupakan variable efektivitas pencapaian anggaran dibanding dengan
anggarannya dan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas pengendalian
anggaran. Variabel efektivitas pengendalian keuangan diukur menggunakan tujuh
pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,8084 yang menunjukkan tingkat
keandalan yang tinggi. Varibel ini
merupakan penyesuaian atas variable pengendalian anggaran yang digunakan oleh
Bruns dan Waterhouse (1975)
Varibel efektivitas pengendalian
kinerja merupakan variabel efektivitas pencapaian kinerja disbanding dengan
anggarannya dan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas pengendalian
kinerja. Variabel efektivitas pengendalian kinerja diukur menggunakan delapan
pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,9167 yang menunjukkan tingkat
keandalan yang tinggi. Variabel ini
merupakan penyesuaian atas variabel efektivitas system pengendalian manajmen
yang digunakan oleh Saprudin (2001).
Hasil dan Pembahasan
Diskripsi Data
Jumlah kuesioner yang dikirim
dalam penelitian ini sebanyak 187 kuessioner.
Kuesioner yang kembali sebanyak 126 termasuk 19 kuesioner tidak diisi
atau diisi tetapi tidak lengkap dan 6 kuesioner tidak memenuhi criteria. Dengan demikian, jumlah kusioner yang dapat
dianalisa sebanyak 101 kuesioner (54,01%).
Profil responden berdasarkan kelamin, jabatan, pengalaman memimpin, dan
usia.
Statistik Deskriptif
Tabel 2 menyajikan hasil analisis
statistic deskriptif terhadap masing-masing variabel penelitian. Tabel 2 memperlihatkan skor variabel PBK
berkisar antar 37 sampai dengan 70 dengan mean sebesar 58,03 dan deviasi
standar sebesar 7,49. Nilai ini
menunjukkan penerapan PBK relative agak tinggi. Skor vriabel efektivitas
pengendalian keuangan berkisar 14 sampai dengan 49 dengan mean sebesar 39,12 dan
deviasi standar sebesar 6,03. Nilai ini
menunjukkan adanya pengendalian keuangan yang cukup efektif. Skor variabel efektivitas pengendalian
kinerja berkisar 23 sampai dengan 56 dengan mean sebesar 44,37 dan deviasi
standar 7,10. Nilai ini menunjukkan
adanya penegendalian kinerja yang cukup efektif.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah dikembangkan
sebelumnya digunakan analisis korelasi dan regeri. Analisis korelasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis korelasi bivariat. Analisis korelasi bivariat menggunakan
koefisien korelasi Pearson. Koefisien korelasi Pearson antara variabel PBK
dengan variabelefektivitas pengendalian keuangan disajikan pada tabel3,
sedangkan hasil regresinya disajikan pada Tabel 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar