Senin, 01 Oktober 2012

Anggaran



PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja pada pemerintah daerah.
Sampel penelitian adalah pejabat pemerintah di lingkungan instansi pemerintah daerah yang terdiri dari badan, dinas, dan kantor.  Data penelitian ini dikumpulkan dari dua Pemerintah daerah yaitu, Pemerintah Kabupaten Klaten dan Pemerintah Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah.  Metode pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling dengan melalui survey.
Variabel penelitian terdiri dari panganggaran berbasis kinerja, efektivitas pengendalian keuangan, dan efektivitas pengendalian kinerja.  Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regesi.  Hasil pengujian menunjukkan bahwa penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian keluarga dan efektivitas pengendalian kinerja.

Kata Kunci : Penganggaran berbasis kinerja, efektivitas pengendalian keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja.

Pengantar
Reformasi sector public yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu, fenomenaglonal termasuk di Indonesia.  Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabiltas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara,  
Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat Daerah mendorong adanya desentralisasi penyelengaraan pemerintah daerah.  Desentralisasi ini menunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom.
Adanya desntralisasi pengelolaan pemerintahan daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, memaksa pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menciptakan system pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel.  Sistem ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan keuangan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggunggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan , dan manfaat untuk masyarakat.
Salah satu masalah penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah tersebut adalah anggaran.  Kenis(1979) mengemukakan anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu di masayang akan dating.  Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sector public terutama pemerintah penting, karena , Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Terdapat beberapa karakteristik penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja, Hatry (199) menjelaskan beberapa karakteristik kunci dalam PBK diantaranya :
  • Pengeluaran anggaran didasarkan padaoutcome yang ingin dicapai
  • Adanya hubungan anara masukan (input dengan keluaran (output) dan outcome yang diinginkan,
  • Adanya peranan indicator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran
  • Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran.

Smith(1999) mengemukakan manfaat yang dapatdihasilkan dalam model penyusunan anggaran yang didasrkan pada kinerja diantaranya:
  1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dengan memfokuskan sumber daya menuju oucome yang kritis dan penting
  2. Meningkatkan pengambilan keputusan mengenai cara yangpaling efektif untuk menggunakan sumber daya public yang terbatas.
  3. Meningkatkan operasi dengan menghubungkan anggaran dengan kinerja program sepanjang waktu.
  4. Meningkatkan pemahaman dan komunikasi tentang isu dan prioritas kritis pada sumber daya
  5. Membuat manajer lebih akuntabeluntuk keputusan program yang mempengaruhi outcome anggaran, dan
  6. Mendukung manajemen dengan menghubungkan hasil anggaran dan pengukuran kinerja anggaran dengan pengukuran kinerja program dalam proses pengawasan, pengevaluasian dan pelaporan hasil.

Jones dan Pendlebury (2000) menjelaskan bahwa anggaran menyediakan hubungan penting antara perencanaan dan pengendalian.  Peran perencanaan dinyatakan dalam bentuk input yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang direncanakan.  Peran pengendalian dilakukan dengan mempersiapkan anggaran dengan suatu cara yang memperlihatkan secara jelasmasukan dan sumber daya yang dialokasikan kepada individu atau departemen untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pengendalian dapat dilakukan degan membandingkan hasil yang dianggarkan dengan hasil yang diperoleh untuk menjamin bahwa tingkat pengeluaran tidak dilampaui dan tingkat aktivitas yang direncanakan tercapai.    
Maddox (1999) menjelaskan pengendalian adalah suatu proses melalui mana manajemen suatu organisasi membuat keyakinan yang beralasan bahwa sumber daya digunakan secara efktif dan efisisen untuk mencapai misi dan rencana organisasi, pelaporan keungan andal, dn kebijakan, hukum, dan peraturan yang relevan diikuti.
Beberapa penulis membagi pengendalian dalam beberapa jenis. Simon (2000) membedakan pengendalian untuk mengkomunikasikan dan mengendalikan strategi menjasi dua jenis yaitu system pengendalian diagnostic dan system pengendalian interaktif.  Sistem pengendalian diagnostic didefinisikan sebagai system informasi formal yang digunakan oleh manajer untuk memonitor outcome organisasi dan meluruskan penyimpangan dari standar kinerja yang telah ditetapkan.  Sistem pengendalian interaktif didefinisikan sebagai system informasi formal yang digunakan manajer untuk melibatkan diri dalam aktivitas keputusan bawahan.
Mardiasmo (2004) mengelompokkan tipe pengendalian manajemen menjadi tiga macam yaitu pengendalian preventif, penegndalian operasional, dan pengendalian kinerja.  Anthony dan Young (2003) menjelaskan penegendalian operasi mencakup dua aktivitas berbeda yaitu pengendalian keungan dan pengendalian kinerja. Pengendalian keuangan berhubungan dengan aktivitas pengeluaran.  Aktivitas pengendlian keuangan meliputi  dua aspek yaitu untuk menjamin perencanaan yang ada di dalam anggaran ditaati dan untuk menyediakan suatu cara mengubah anggaran jika kondisi mensyaratkan.  Pengendalian kinerja bertujuan untuk menjamin bahwa kinerja sesuai dengan tujuan organisasi.  Pengendalian kinerja ini memusatkan pada produktivitas dan motivasi manajer dalam mengoperasikan program dan proyek secara efisien dan efektif.
Gibson, Ivancevich, dan Donnely2000) mengemukakan criteria afektivitas pengendalian, yaitu :
Kemampuan organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan lingkungan.
Kemampuan organisasi untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien
Tingkat kepuasan aparatdalam organisasi
Kemampuan organisasi dalm menyesuaikan dir dengan perubahan lingkungan dan;  
Tingkat pengembangan organisasi.

Jones dan Pendiebury (2000) menjelaskan penegndalian anggaran berhubungan dengan upaya yang dilakukan agar pengeluaran actual sejalan dengan jumlah yangdianggarkan dan bahwa  tujuan dan tingkat aktivitas yang dicantumkan dalam anggaran tercapai.  Syakhroza (2002) mengatakan pencapaian target anggaran memainkan peranan penting karena anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi.  Anggaran menggambarkan standar efektivitas karena memuat suatu set keluaran yang diinginkan dan standar efisiensi karena anggaran memerinci masukan yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.  Dengan demikian, efektivitas pengendalian keuangan dalam penganngaran adalah dicapainya realisasi pengeluaran anggaran yang sesuai dengan rencananya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H1 : Penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian keuangan.

Mardiasmo (2004) mengemukakan system anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan penyususnan program dan tolak ukur (indicator)  kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran program.  Robinson (2002) mengemukakan anggaran kinerja tidak hanya berhubungan dengan pengendalian keuangan tetapi juga menyediakan instrument kunci untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberian jasa pemerintah kepada masyarakat. Pencapaian hasil yang diinginkan dituangkan dalamindikator kinerja yang dijadikan acuan untuk menyusun anggaran. Kejelasan tujuan anggaran yang dirinci dalam target dan indicator kinerja akan memmbantu manjer organisasi atau pengelola anggaran untuk mengendalikan kinerja dalam rangka mencapai kinerja yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H2:Penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap efekvitas pengendalian kinerja.

Metodologi Penelitian

Sampel dan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer melalui metode survey.  Pengambilan sample dilakukan dengan metode purposive sampling, yaiu pemilihan sample nonprobabilitas yang memenuhi pertimbangan tertentu (Cooper dan Schinder, 2001).  Pertimbangan tersebut adalah rseponden penelitian merupakan pejabat pemerintah daerah mulai pejabat eselon II sampai dengan eselon IV pada pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner.  Kuesioner tersebut didistribusikan langsung oleh peniliti kepada responden.  Dua minggu setelah dikirmkan, kuesioner tersebut diambil kembali oleh peniliti atau kurir.  Pengirman dan pengambilan kuesioner yang dilakukan secara langsung oleh peniliti atau kurir bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian kuesioner yang tinggi.  Dillman, Cooper dan Schindier (2001) mengemukakan bahwa tingkat pengembalian kuesioner sebesar 30% dipandang memuaskan.      

Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable PBK, variable efektivitas pengendalian keuangan, dan variable efektivitas pengendalian kinerja.  Variabel PBK adalah variable metode penganggaran yang berbasis target kinerja yang ingin dicapai dalam anggaran.  Variabel ini diukur menggunakan sepuluh butir pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,8752 yang menunjukkan tingkat keandalan yang tinggi.  Variabel ini  merupakan penyesuaian atas variable kejelasan tujuan anggaran yang digunakan oleh Kanis (1979) yang telah disesuaikan Saprudin (2001) dan Suhartono (2004).

Variabel efektivitas pengendalian keuangan merupakan variable efektivitas pencapaian anggaran dibanding dengan anggarannya dan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas pengendalian anggaran. Variabel efektivitas pengendalian keuangan diukur menggunakan tujuh pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,8084 yang menunjukkan tingkat keandalan yang tinggi.  Varibel ini merupakan penyesuaian atas variable pengendalian anggaran yang digunakan oleh Bruns dan Waterhouse (1975)
Varibel efektivitas pengendalian kinerja merupakan variabel efektivitas pencapaian kinerja disbanding dengan anggarannya dan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas pengendalian kinerja. Variabel efektivitas pengendalian kinerja diukur menggunakan delapan pertanyaan dengan Cronbach Alpha sebesar 0,9167 yang menunjukkan tingkat keandalan yang tinggi.  Variabel ini merupakan penyesuaian atas variabel efektivitas system pengendalian manajmen yang digunakan oleh Saprudin (2001).

Hasil dan Pembahasan
Diskripsi Data
Jumlah kuesioner yang dikirim dalam penelitian ini sebanyak 187 kuessioner.  Kuesioner yang kembali sebanyak 126 termasuk 19 kuesioner tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap dan 6 kuesioner tidak memenuhi criteria.  Dengan demikian, jumlah kusioner yang dapat dianalisa sebanyak 101 kuesioner (54,01%).  Profil responden berdasarkan kelamin, jabatan, pengalaman memimpin, dan usia.

Statistik Deskriptif
Tabel 2 menyajikan hasil analisis statistic deskriptif terhadap masing-masing variabel penelitian.  Tabel 2 memperlihatkan skor variabel PBK berkisar antar 37 sampai dengan 70 dengan mean sebesar 58,03 dan deviasi standar sebesar 7,49.  Nilai ini menunjukkan penerapan PBK relative agak tinggi. Skor vriabel efektivitas pengendalian keuangan berkisar 14 sampai dengan 49 dengan mean sebesar 39,12 dan deviasi standar sebesar 6,03.  Nilai ini menunjukkan adanya pengendalian keuangan yang cukup efektif.  Skor variabel efektivitas pengendalian kinerja berkisar 23 sampai dengan 56 dengan mean sebesar 44,37 dan deviasi standar 7,10.  Nilai ini menunjukkan adanya penegendalian kinerja yang cukup efektif.

Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah dikembangkan sebelumnya digunakan analisis korelasi dan regeri.  Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi bivariat.  Analisis korelasi bivariat menggunakan koefisien korelasi Pearson. Koefisien korelasi Pearson antara variabel PBK dengan variabelefektivitas pengendalian keuangan disajikan pada tabel3, sedangkan hasil regresinya disajikan pada Tabel 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar